GardaPublik.id, Istanbul – Tokoh reformis dan politisi utama Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan negaranya mewakili zona yang damai, bebas, dan netral dalam kebijakannya serta mendorong Malaysia tidak memihak manapun dalam politik blok global.
Namun demikian, kata Anwar, Malaysia tidak bisa mengabaikan China.
“Agar sangat realistis…kami percaya pada perdamaian, nilai-nilai demokrasi, tetapi kami netral dalam arti kami bukan bagian tak terpisahkan dari kebangkitan politik Perang Dingin, yang pada dasarnya berarti kami harus terlibat dengan Amerika, Barat dan Eropa sebagai mitra dagang dan pendidikan,” ucap Anwar, pemimpin oposisi Malaysia, kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara eksklusif.
Anwar, seorang akademisi yang beralih menjadi politisi, mendiskusikan kembalinya apa yang disebut “permainan hebat” di kawasan Asia-Pasifik di mana AS menjalin aliansi bilateral dan multilateral untuk melawan pengaruh ekonomi dan militer China yang meluas.
“Tapi kita tidak bisa mengabaikan pentingnya kebangkitan China,” ujarnya.
“China adalah tetangga yang penting, negara perdagangan yang hebat.
“Perdagangan Malaysia dengan China sekarang mungkin nomor satu…Dulu begitu (dengan) Amerika Serikat, yang berarti hubungan dengan China harus lebih ditingkatkan,” katanya seraya menambahkan Malaysia masih memiliki masalah dengan Beijing, tetapi “kami dapat mengungkapkan (keluh kesah kami) karena kami adalah negara yang merdeka.”
Malaysia dan China berbagi perbatasan maritim di Laut China Selatan yang diperebutkan di mana beberapa negara berkonflik dengan Beijing atas klaim perairan tersebut.
Anwar menyarankan agar ASEAN belajar dari Turki dalam mencapai keseimbangan antara Washington dan Beijing.
“Kawasan ini harus belajar keterampilan diplomatik dari Presiden (Recep Tayyip) Erdogan,” katanya.
“Di satu sisi, (Turki) adalah anggota NATO, dan di sisi lain, masih berhubungan dengan Rusia dan bahkan dapat mendorong semacam pengaturan atau ketahanan pangan dengan Ukraina, (dan Turki) masih dapat mengatur perdagangan dengan Iran,” kata Anwar, memuji kemenangan diplomatik Turki, terutama mengelola kesepakatan ekspor gandum antara PBB, Turki, Ukraina dan Rusia yang ditandatangani minggu lalu di Istanbul.
“Kita harus memiliki kebijaksanaan dan keterampilan diplomatik untuk melakukannya dengan cara yang tidak akan terlihat terlalu provokatif.”
Ibrahim mengatakan Malaysia “tidak memiliki masalah dengan China.”
“Masalah China dengan Amerika Serikat. Biarkan mereka menghadapinya sendiri. Kami bukan negara super dan hebat untuk menyelesaikannya,” ungkapnya dan menyarankan negara-negara Asia-Pasifik harus melanjutkan hubungan perdagangan dengan semua kekuatan besar.
Menekankan bahwa perdagangan dan investasi melalui hubungan yang baik dan bersahabat adalah sangat penting untuk kelangsungan sebuah bangsa, Anwar mengatakan: “Saya tidak memiliki hambatan untuk memiliki hubungan baik dengan China atau Rusia atau Eropa.”
Dalam kasus Malaysia, dia mengatakan negara itu sangat bergantung pada teknologi Barat serta pengalaman Amerika dalam pemerintahan dan pendidikan.
“Tetapi kami juga menerima kenyataan bahwa skenarionya berubah, China tumbuh,” katanya, dan Malaysia tidak dapat mengabaikan tetangga terdekatnya termasuk Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand selain India, Australia, dan Pakistan.
“Jadi bagaimana kita kemudian menavigasi negara kita untuk melindungi kepentingan terbaik rakyat?… Dengan hanya menyelaraskan diri dengan satu kubu dan mengabaikan pentingnya pengaturan bilateral dan multilateral?
“Anggaplah, sebagai pemimpin suatu negara, saya melihat kepentingan terbaik saya adalah apa yang ada untuk melindungi kepentingan rakyat, rakyat saya, Malaysia. Itu berarti bersahabat dengan sebagian besar negara, hubungan perdagangan, investasi dan menerima keragaman, kompleksitas yang harus kita hadapi,” ucapnya.