Gardapublik.id, Di Indonesia mainan Lato – lato ini juga sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Ada yang mengenalnya dengan nama noknok, tergantung wilayahnya. Berbagai sumber menyebutkan bahwa penamaan lato-lato diambil dari bahasa Bugis yang berarti klakson.
Ada juga yang menyebutnya sebagai katto-katto yang juga punya arti sama.
Hampir disetiap penjuru Nusantara baik yang berada di Kota maupun Desa tak asing lagi yang bermain lato-lato. Permainan yang tengah trend ini banyak diperankan oleh anak-anak kecil, rata-rata mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Sekitar akhir tahun 2022, mainan ini kembali trending usai Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Presiden Jokowi bermain lato-lato. Setelahnya bak jamur di musim hujan, lato-lato mulai dimainkan anak-anak. Kenapa mainan ini bisa begitu populer? Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari, menyebut kepopuleran kembali lato-lato disebabkan karena sifat manusia sebagai homo ludens atau mahluk yang suka bermain. Karena itu, manusia punya permainan tren di setiap era. Namun ini juga tergantung pada perkembangan ekonomi dan zaman.
“Siapa yang menyebabkan permainan ini populer? Salah satunya produsen media permainan anak dan saya kira hal ini akan berulang pada waktu mendatang,” kata Ikhsan dalam pernyatannya. Media sosial dan teknologi terkini juga disebut jadi salah satu faktor yang menyebabkan lato-lato jadi viral dan disukai anak-anak di Indonesia. Lato-lato dan kesehatan mental Seringnya anak bermain lato-lato dengan berbagai aksi dan trik tak ayal memicu terjadinya kecelakaan.
Seorang anak di Kubu Raya, Kalimantan Barat, harus menjalani operasi mata karena terkena serpihan lato-lato yang pecah. Sementara seorang anak asal Sukabumi, Jawa Barat, juga terluka karena lato-lato. Terlepas dari kasus tersebut, Ikhsan menyebut bahwa lato-lato sebenarnya juga punya nilai positif.
Sama seperti permainan anak lainnya, lato-lato juga mengandung nilai kesenangan, interaktif, dan kompetitif. Hanya saja harus dimainkan dengan hati-hati. “Lato-lato ini viral setelah pandemi. Anak-anak bisa berinteraksi sehingga permainan tersebut menjadi media interaksi bagi mereka. Di samping itu, nilai kompetitif dalam permainan tersebut juga berkaitan dengan kemampuan atau skill mereka sehingga muncul perlombaan dan sebagainya,” ujar Ikhsan.
Tak dipungkiri, saat memainkan lato-lato, beberapa trik dan gaya memang sering dipamerkan. Kemampuan untuk berpikir dan kemauan anak untuk belajar ini bakal membantu perkembangan anak secara mental. Hal ini sudah membantu secara tidak langsung program Pemerintah Merdeka Belajar, yakni mereka sudah terbiasa berfikir seccara bebas, mandiri dan kreatif.
(Tim).