Penulis: Ria Rizkia Alvi, Mahasiswa S-3 Pendidikan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia
GardaPublik.id, – Salah satu bentuk aksi yang dapat dilakukan oleh masyarakat atau perusahan untuk daur ulang sampah.
Banyak negara, termasuk Indonesia, menghadapi masalah besar sampah organik. Hanya 9% sampah yang didaur ulang di seluruh dunia (OECD Global Plastics, 2022). Indonesia penghasil sampah terbesar ke 2 dunia (KLHK, 2022).
Sampah organik, yang terdiri dari sisa makanan, daun, dan bahan alami lainnya, sering kali dibuang begitu saja. Meskipun demikian, sampah jenis ini memiliki potensi yang sangat besar untuk diubah menjadi produk yang dapat menghasilkan keuntungan finansial. Sampah organik dapat menjadi sumber pendapatan baru dan mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir.
Di Indonesia, produksi sampah organik sangat tinggi, mencapai 60-70% dari total sampah rumah tangga (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2021). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan sekitar 64 juta ton sampah setiap tahunnya, dengan 57% di antaranya adalah sampah organik. Jumlah sampah yang besar ini menimbulkan tantangan besar bagi pengelolaan sampah di tanah air. Bayangkan berapa banyak sampah yang bisa kita olah jika kita memanfaatkan semua sampah organik ini dengan baik.
Pengelolaan sampah yang salah, khususnya sampah organik, dapat mengakibatkan pelepasan gas rumah kaca selama dekomposisi sehingga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Sampah organik juga bisa menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air dan tanah, serta menghasilkan gas metana yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Namun, jika diolah dengan baik, potensi biogas dari sampah organik di Indonesia bisa mencapai 50 juta meter kubik per tahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan energi sekitar 200.000 rumah tangga (Bappenas, 2021).

Sayangnya, hingga kini, pemanfaatan biogas dari sampah organik masih terbatas di Indonesia, ini menunjukkan peluang besar yang belum dimanfaatkan. Salah satu alasannya adalah kurangnya pemahaman dan keterbatasan teknologi yang tersedia bagi masyarakat umum. Inilah yang menciptakan kesenjangan besar antara potensi dan realitas di lapangan.
Ada berbagai cara untuk mengolah sampah organik. Misalnya, metode komposting yang mengubah sampah organik menjadi pupuk, atau produksi biogas yang bisa digunakan sebagai sumber energi. Melalui penerapan pendekatan ekonomi sirkular seperti sistem pengelolaan sampah cerdas, dapat berkontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Seperti eco enzyme; produksi enzim ramah lingkungan dari kulit buah telah dieksplorasi sebagai solusi pengelolaan sampah berkelanjutan, mengubah limbah makanan menjadi bioenergi, seperti biogas atau biodiesel, pakan ikan atau hewan ternak, arang briket, kerajinan tangan merupakan jalur yang menjanjikan menuju ekonomi sirkular di Indonesia. Dalam ekonomi sirkular, sampah dianggap sebagai sumber daya yang bisa digunakan kembali dan diolah menjadi produk baru yang bernilai. Dengan cara ini, kita tidak hanya menyelesaikan masalah sampah tetapi juga menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan.
Salah satu bentuk aksi edukasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat mengubah limbah jadi laba
Upaya yang bisa dilakukan dalam pengelolaan sampah organik di Indonesia adalah Pertama, mengeksplorasi potensi investasi dalam pengelolaan sampah organic. Kedua, mengidentifikasi teknologi yang tersedia dan model bisnis yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sampah organik. Ketiga, mengevaluasi dampak ekonomis dan lingkungan dari berbagai strategi pengelolaan sampah. Keempat, menyusun kebijakan yang lebih efektif dan memberikan insentif bagi investasi di sektor pengelolaan sampah.
Sementara itu, investor bisa melihat potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari pengelolaan sampah organik, baik melalui teknologi baru maupun model bisnis yang inovatif.
Dengan demikian, untuk mengatasi tantangan pengelolaan sampah di Indonesia memerlukan pendekatan multi-sisi yang mencakup praktik berkelanjutan, inisiatif daur ulang, dan kebijakan yang efektif. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular, meningkatkan sistem daur ulang, dan mempromosikan metode pembuangan limbah yang benar, pendekatan yang holistik dan integratif, kita bisa mengubah limbah menjadi laba, menjadikan lingkungan lebih bersih, dan mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, Indonesia dapat berupaya menuju sistem pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.