Sejarah dan Makna Hoyak Tabuik
Hoyak Tabuik adalah sebuah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman untuk mengenang peristiwa Karbala, yaitu kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali. “Tabuik” sendiri berasal dari kata Arab “tabut,” yang berarti peti atau tandu. Tradisi ini menggambarkan pengusungan jasad Husain yang diarak dalam sebuah tabut.
Tabuik dibuat dalam bentuk miniatur bangunan yang dihiasi dengan ornamen dan patung kuda. Proses pembuatan tabuik ini melibatkan banyak warga yang bekerja sama selama beberapa hari sebelum puncak perayaan.
Prosesi Hoyak Tabuik
- Pembuatan Tabuik
- Deskripsi: Tabuik dibuat oleh dua kelompok besar, masing-masing membangun satu tabuik yang nantinya akan diarak. Proses ini melibatkan pengerjaan detail dan hiasan yang rumit.
- Persiapan: Bambu, kertas, dan bahan-bahan lainnya digunakan untuk membentuk struktur tabuik yang megah.
- Arak-arakan Tabuik
- Deskripsi: Pada hari 10 Muharram, dua tabuik diarak melalui jalan-jalan utama Pariaman. Arak-arakan ini disertai dengan musik tradisional seperti gandang tasa dan serunai, serta diikuti oleh ratusan warga.
- Makna: Prosesi ini menggambarkan pengusungan jenazah Husain dan menyimbolkan rasa duka cita serta penghormatan terhadap perjuangannya.
- Puncak Acara: Hoyak Tabuik
- Deskripsi: Puncak dari perayaan ini adalah saat tabuik diangkat tinggi-tinggi dan dilemparkan ke laut. Momen ini disebut “Hoyak Tabuik,” yang berarti mengayun atau mengangkat tabuik.
- Makna: Hoyak Tabuik melambangkan kembalinya roh Husain ke surga. Tradisi ini dipercaya dapat membawa keberkahan dan mengusir bala bagi masyarakat Pariaman.
Antusiasme Warga
Perayaan Hoyak Tabuik tahun ini dihadiri oleh ratusan warga yang dengan antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa turut serta dalam prosesi ini. Banyak dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pendukung, seperti bazar makanan dan kerajinan lokal.
Seorang warga setempat, Bapak Ahmad, mengungkapkan, “Hoyak Tabuik bukan hanya tentang ritual keagamaan, tetapi juga tentang memperkuat tali silaturahmi antar warga. Setiap tahun, kami berkumpul bersama untuk merayakan dan mengenang sejarah yang penting bagi kami.” (Red)