Gardapublik.id – Perubahan kurikulum yang sering terjadi di Indonesia memiliki dampak yang sangat besar bagi guru. Sebagai orang yang telah mengabdi di dunia pendidikan selama puluhan tahun, saya melihat bahwa setiap pergantian kurikulum sering kali memaksa guru untuk melakukan penyesuaian yang signifikan dalam metode pengajaran mereka.
Guru yang tidak mendapatkan pelatihan yang memadai akan merasa tertekan dan kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum baru. Hal ini sering kali mengakibatkan penurunan kualitas pembelajaran di kelas. Selain itu, perubahan yang cepat dan sering menjadikan guru merasa tidak stabil dalam karir mereka.
Kurikulum Merdeka hadir dengan menawarkan lebih banyak fleksibilitas. Guru diberikan kebebasan untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini adalah langkah positif, tetapi tantangan yang dihadapi guru, seperti kurangnya fasilitas dan dukungan, tetap perlu diatasi agar kurikulum ini benar-benar efektif.
Setiap pergantian presiden di Indonesia sering kali disertai dengan perubahan kurikulum yang membawa dampak signifikan. Kurikulum yang berganti-ganti ini sering kali membuat guru dan siswa kesulitan untuk beradaptasi.
Kurikulum Sebelumnya:
- Kekakuan: Kurikulum sebelumnya cenderung kaku dan tidak fleksibel, yang membatasi kreativitas guru dan relevansi materi ajar.
- Beban yang Berlebihan: Banyak materi yang harus diajarkan, membuat guru kesulitan untuk fokus pada pengembangan keterampilan dasar siswa.
Kurikulum Merdeka:
- Pendekatan Inovatif: Dengan memberikan kebebasan pada guru, Kurikulum Merdeka memungkinkan pengajaran yang lebih inovatif dan terfokus pada kebutuhan siswa.
- Perubahan Paradigma: Dari pengajaran yang berfokus pada hafalan, beralih ke pembelajaran berbasis proyek yang lebih menyenangkan dan mendalam.