oleh
Antoni,
Ketua Umum Alarm Indonesia,
Eranusanews.com – Antoni menegaskan bahwa setiap calon kepala daerah di Batam dan Kepri—mulai dari calon walikota, bupati, hingga gubernur—harus memiliki program penanganan sampah yang komprehensif dan terintegrasi.
“Penanganan sampah tidak seharusnya hanya fokus pada material bernilai ekonomis seperti plastik dan biosolar. Sampah organik menyumbang hingga 80% dari total 1.200 ton sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur. Jika tidak ditangani segera, masalah ini dapat menjadi bencana lingkungan yang serius. Dalam dua tahun ke depan, kapasitas TPA Punggur diperkirakan akan mendekati ambang batas, yang merupakan pekerjaan rumah bagi pemimpin Batam yang akan datang,” ungkap Antoni.
Lebih lanjut, Antoni mengkritik program bank sampah yang dijalankan oleh pemerintah dan swasta, dengan menyatakan bahwa program tersebut belum memberikan solusi efektif bagi masalah persampahan di Batam. “Penanganan sampah organik perlu dilakukan sesuai dengan regulasi tentang pemilahan sampah. Tidak seharusnya hanya memprioritaskan material yang bernilai ekonomi. Solusi konkret untuk mengurangi volume sampah di TPA Punggur sangat mungkin dilakukan,” tambahnya.
Antoni juga menyoroti bahwa banyak organisasi yang membahas isu sampah cenderung berfokus pada aspek ekonomis. “Selama mereka juga menyediakan modul untuk penanganan sampah organik, seperti komposter atau biopori, itu tidak masalah. Namun, fokus yang berlebihan pada plastik—yang tidak terurai secara biologis—hanya mengarah pada kepentingan industri besar dan bukan semata-mata untuk menjaga lingkungan,” kritiknya.
Di akhir pernyataannya, Antoni mengingatkan calon pemimpin untuk tidak menyalahkan masyarakat sebagai penyebab utama masalah sampah. “Contohnya, Yogyakarta dengan populasi 3,5 juta jiwa hanya menghasilkan 200 ton sampah per hari. Sementara Batam, dengan populasi yang lebih kecil, memproduksi lima kali lipat jumlah tersebut. Ini menunjukkan bahwa masalah ini lebih kompleks dan berkaitan dengan industri, bukan hanya perilaku masyarakat,” tutup Antoni.