Gardapublik.id – Pada tahun ke-9 Hijriyah, Madinah tengah dilanda musim panas yang terik. Matahari membakar tanah, membuat udara terasa menyengat, dan sumur-sumur hampir mengering. Di saat yang sama, kaum Muslimin juga mengalami masa paceklik. Persediaan makanan menipis, kebun-kebun meranggas, dan ekonomi dalam kondisi sulit.
Di tengah kondisi sulit itu, datanglah kabar bahwa Kaisar Romawi tengah menyiapkan pasukan besar untuk menyerang wilayah Muslim. Pasukan Romawi terkenal kuat, memiliki perlengkapan perang yang lengkap, serta kavaleri yang tangguh.
Rasulullah ﷺ menyadari bahwa jika kaum Muslimin tidak bertindak, maka mereka akan diserang di Madinah. Oleh karena itu, beliau menyeru umat Islam untuk bersiap menghadapi Perang Tabuk, sebuah ekspedisi militer ke perbatasan utara Arab.
Ujian di Tengah Kekurangan
Berbeda dengan peperangan sebelumnya, kali ini kaum Muslimin harus menghadapi tantangan berat bahkan sebelum bertemu musuh. Mereka harus menempuh perjalanan sejauh 700 km melintasi padang pasir yang tandus, tanpa jaminan air dan makanan yang cukup.
Melihat kondisi yang sulit, Rasulullah ﷺ memerintahkan penggalangan dana untuk membiayai perang. Para sahabat berlomba-lomba menyumbangkan harta mereka:
- Utsman bin Affan membawa 1.000 dinar dan menyumbangkan 300 ekor unta beserta perlengkapannya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak ada yang akan membahayakan Utsman setelah hari ini.”
- Umar bin Khattab membawa setengah hartanya, berharap bisa mengungguli Abu Bakar.
- Abu Bakar Ash-Shiddiq menyerahkan seluruh hartanya, hingga ketika Rasulullah ﷺ bertanya, “Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”, ia menjawab, “Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.”
- Para sahabat lain, termasuk kaum miskin, ikut serta dengan membawa apa pun yang mereka bisa—sekalipun hanya segenggam kurma.
Allah memuji mereka dalam Al-Qur’an:
“Dan orang-orang yang memberikan (hartanya) dengan hati penuh harap karena mereka yakin akan kembali kepada Tuhan mereka.”
(QS. Al-Mu’minun: 60)
Meskipun sebagian besar kaum Muslimin menyambut seruan jihad ini, ada juga orang-orang yang mencari alasan untuk tidak ikut. Kaum munafik, yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay, menolak untuk berangkat dan bahkan mempengaruhi yang lain agar tidak ikut serta. Allah mengecam mereka dalam firman-Nya:
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) merasa gembira karena mereka tinggal di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.”
(QS. At-Taubah: 81)
Perjalanan Menuju Tabuk
Setelah persiapan selesai, Rasulullah ﷺ bersama 30.000 pasukan Muslim berangkat menuju Tabuk. Sepanjang perjalanan, mereka menghadapi panas yang menyengat, kelaparan, dan kehausan. Bahkan ada saat di mana persediaan air hampir habis, sehingga para sahabat terpaksa membagi air dalam jumlah yang sangat sedikit.
Di tengah ujian berat itu, Rasulullah ﷺ tetap membakar semangat pasukannya. Beliau bersabda, “Jika kalian mengetahui pahala yang Allah sediakan bagi kalian, niscaya kalian akan lebih banyak bersabar dan bersyukur.”
Di Tabuk, pasukan Muslim menunggu kedatangan Romawi. Namun, setelah mendengar betapa besar dan kuatnya pasukan Muslim, Kaisar Romawi memilih tidak menghadapi mereka. Ini menjadi kemenangan moral bagi kaum Muslimin—tanpa pertempuran, mereka telah membuat musuh gentar dan mundur.
Keteguhan Hati yang Dibalas Kemuliaan
Setelah beberapa waktu di Tabuk, Rasulullah ﷺ dan pasukan kembali ke Madinah dengan membawa kehormatan dan kemenangan. Peristiwa ini menjadi bukti bahwa keteguhan hati, pengorbanan, dan keikhlasan kaum Muslimin dalam berjuang di jalan Allah tidak sia-sia.
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”
(QS. At-Taubah: 111)
Pelajaran dari Perang Tabuk
- Keteguhan dalam menghadapi ujian – Meski panas, lapar, dan sulit, kaum Muslimin tetap berangkat demi membela Islam.
- Keikhlasan dalam berkorban – Para sahabat, dari yang kaya hingga miskin, berlomba-lomba menyumbangkan harta mereka.
- Kemenangan bukan hanya di medan perang – Meski tidak terjadi pertempuran, keberanian dan kesiapan kaum Muslimin membuat musuh gentar.
- Munafik selalu mencari alasan – Mereka yang tidak tulus dalam Islam selalu punya alasan untuk menghindari kewajiban.
Kisah Perang Tabuk adalah pelajaran besar bahwa iman yang kuat dan hati yang teguh akan selalu mendapatkan pertolongan Allah, meskipun ujian terasa berat. Semoga kita bisa meneladani semangat para sahabat dalam memperjuangkan agama.